Tampilkan postingan dengan label Opiniku. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Opiniku. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 23 Maret 2013

Generation Y

Masa kejayaan Generasi X sudah lewat. Maklum, mereka yang tergolong dalam Generasi X (lahir dipertengahan tahun 70-an dan 80-an) sudah tidak lagi muda. Bukan berarti tua, tetapi sudah dewasa. Tidak lagi mengatakan : Hibur kami, kami butuh dihibur sekarang. Sekarang mereka berkata : Aku ingin memikirkan masa depan. Kini giliran Generation Y. Apa itu Generasi Y ? bisa dibilang jika Generasi Y (lahir di tahun 90-an dan awal 2000-an) merupakan generasi Alay. Ada yang bilang alay merupakan singkatan dari Anak Layangan. Dengan otak minim pun, kita tentu bisa membayangkan bagaimana sifat layangan; ditarik – diulur, ke kanan – ke kiri tergantung angin. Intinya, tidak punya pendirian. Ketika K-Pop dengan boyband dan girlband-nya mewabah bak virus, para Generation X merasakan sakit yang luar biasa. Bayangkan saja, betapa sakitnya hati para Rocker, mulai Rock n Roll, Blues hingga Ballad melihat pria berdandan ala guy menyanyi dengan hanya mangap-mangap (lip sing). Yah, klo girlband masih mending karena pemandangannya indah; Meski Hidup Tak Semulus Pahanya Cherrybell. Mungkin kita penasaran dengan bagaimana rupa dan tingkah laku para Generation Y alias generasi para alay. Tak perlu repot-repot search di google, cukup nongkrong tiap pagi di depan TV, lihat acara live musik kayak Inbox ato Dahsyat. Nah, disitu kelihatan hampir 90 persen dari penontonnya adalah alay. Yang paling alay, yang jogetnya paling heboh.... Tapi ada satu kelebihan yang dimiliki Generation Y, hampir semua generasi alay ini ngga gaptek. Generation X jangan iri, karena mereka tumbuh dan besar di jaman yang sudah dimanjakan teknologi. Mulai dari jejaring sosial Facebook hingga BB dan i-Pad lahir di jamannya alay. Yang pasti, aku masih penasaran dengan generasi berikutnya : Generation Z. Moga para Generation X diberi umur panjang untuk melihat perkembangan generasi kita yang selanjutnya.... Amin..

Kamis, 29 Desember 2011

Bualan Sang Motivator

Hidup tak semudah seperti apa yang dikatakan oleh motivator. Hidup itu kenyataan, apa yang kita jalani dan rasakan. Boleh jadi kenyataan itu sama, tapi hidup yang kita jalani sudah pasti berbeda, dan yang paling berbeda adalah apa yang kita rasakan terhadap suatu kenyataan.
Sudah menjadi rahasia umum jika setiap individu itu berbeda. Mereka yang dijuluki atau menjuluki dirinya sebagai motivator bisa dengan enteng mengatakan jika sangat mudah untuk menyelesaikan suatu masalah yang sedang kita hadapi. Itu wajar, karena dia tidak merasakan apa yang kita rasakan. Karena dia tidak memiliki perasaan yang sama dengan perasaan kita.
Dua orang yang tidak saling mencintai akan dengan mudah menerima kenyataan untuk berpisah. Namun, seseorang yang mencintai akan sangat berat melepaskan orang yang dicintainya. Serdadu bisa dengan mudah memberondongkan peluru kepada musuhnya ketimbang masyarakat sipil yang akan merasakan beban berat dengan hanya menampar orang yang dia benci.
Ini soal rasa, soal apa yang kita jalani dan apa yang harus kita pilih. Dan itu tak akan mungkin sama, karena kita memang berbeda. Kita tak seperti si motivator yang seolah-olah tak memiliki beban dalam menghadapi masalah, terutama ketika bicara di depan kamera.
Saya tidak sentimen dan tidak juga pesimis. Tapi iniliah kenyataan, inilah yang kita hadapi, inilah hidup kita, inilah yang kita jalani, inilah yang kita rasakan dan pastinya tidak akan sama. Karena kita memang berbeda….

Minggu, 09 Oktober 2011

Fee 10 Persen Buat Pak Kadis

Ternyata benar apa yang diungkapkan oleh Warkop DKI dalam sebuah langunya ngobrol di Warung Kopi. Semua persoalan mulai dari sulitnya mencari uang, curhat tentang pekerjaan hingga masalah “kantong tebal” para pejabat yang ada di daerah.
Entah kenapa, begitu seringnya kudengar tentang kenyangnya para penjabat yang menduduki jabatan Kepala Dinas, yang sering disebut masyarakat awam dengan Pak Kadis.
Tidak hanya kali itu saja kudengar adanya “uang terima kasih” kepada Pak Kadis, namun hampir setiap hari. Bahkan, bisa dibilang sebagai pembicaraan yang lumrah di masyarakat.
Intinya, Pak Kadis membantu para ‘Mandor’ agar mendapatkan pekerjaan dengan semulus-mulusnya. Setelah pekerjaan dipastikan didapat maka sang ‘Mandor’ langsung memberikan uang tanda jasa kepada pejabat yang telah membantu…
Inilah yang disebut masyarakat dengan : Fee 10 Persen buat Pak Kadis

Sabtu, 30 April 2011

Papan Nama dan Nyawa

Setiap jalan – jalan keliling kota, terutama di tempat keramaian seperti pasar, pandangan mataku kadang iseng membaca sebuah papan nama. Baik itu nama sebuah toko, losmen atau sebuah tempat usaha. Mataku memang hanya bisa memandang sekilas, namun sudah bisa mengeja dengan tepat papan nama yang terpampang di tempat usaha yang iseng – iseng kubaca sambil menikmati perjalanan.
Tapi, baru sekarang aku terpikir tentang sebuah kesalahan kecil yang mungkin bisa berakibat fatal dari papan nama itu. Di sebuah tempat usaha dokter yang minimalis dan serba putih, aku sempat membaca (bisa dibilang sudah sering kubaca) papan nama di depannya bertuliskan : Tempat Praktek Dr. **** (tak perlu disebut namanya). Hanya terhalang beberapa toko dari tempat ‘praktek’ sang dokter, aku kembali membaca papan nama sebuah toko obat yang juga milik seorang dokter, bertuliskan : Apotik ****, milik Dr. *****.
Yah, memang sebuah kesalahan kecil; hanya kekeliruan menggunakan huruf ‘I’ dan ‘E’. Tapi, setelah kupikir-pikir kesalahan kecil itu bisa berakibat fatal. Karena profesi seorang dokter salah satunya adalah mengenai sembuh dan tidaknya seorang pasien (kalau bahasa kasarnya mungkin hidup dan matinya pasien).
Intinya, bagaimana seorang dokter bisa bisa menuliskan resep yang benar kepada seorang pasien, sementara menuliskan papan nama tempat usahanya saja sudah salah ? Padahal, menuliskan ‘Praktik’ dan ‘Apotek’ tidak serumit menuliskan sebuah resep yang memiliki ejaan sangat sulit untuk dibaca.
Sebagai manusia kita pasti sering salah (termasuk saya sendiri yang buta tentang ilmu kedokteran). Untuk itu saya mencoba agar tetap berpikiran positif; mungkin itu hanya kesalahan cetak dari pengusaha percetakkan dan bukan kesalahan sang dokter memberikan contoh tulisan papan nama yang akan dicetak. Mudah-mudahan…….