Rabu, 26 Januari 2011

Tata Ruang Ternak dan Pertanian Belum Jelas

Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Kabupaten Seruyan beralasan, penyebab sulitnya menertibkan hewan ternak terutama yang ternak yang merusak jalan yang juga digunakan oleh para petani, baik para petani yang berkebun maupun petani padi adalah belum jelasnya tata ruang antara pertanian dan peternakan.
Dengan belum jelasnya tata ruang pertanian dan peterkkan tersebut, kata Kepala Ditanak Kabupaten Seruyan Ir Ilias, mengakibatkan terjadinya kesejangan antara petani dan peternak dalam mengelola lahan mereka karena berada dalam satu areal yang sama.
“Kendala kita saat ini, karena memang masih belum jelasnya tata ruang antara peternak dan petani. Saat ini, memang belum jelas lokasi mana tempat para peternak hewan dan lokasi mana lokasi bagi para petani padi maupun pekebun. Sehingga sering terjadi kesenjangan karena berada di satu aeral yang sama,” kata Illias.
Ketika ditanya terkait hewan ternak yang merusak tanggul milik pemerintah, pihaknya mengaku, jika pihaknya sedang merencakan membuat Perda terkait tata ruang untuk petanian dan peternak tersebut. Sehingga tata ruangnya akan menjadi jelas, sehingga tidak ada lagi kesenjangan antar para petani dan peternak.
Terkait Perda mengenai hewan ternak yang dibiarkan berkeliaran oleh para pemiliknya, Kabid Peternakan Distanak Kabupaten Seruyan I Gusti Ayu ketika ditemui di ruang terpisah menambahkan, jika pihaknya memang sudah mengusulkannya pada tahun 2010 lalu, namun belum sempat dibahas.
“Perda terkait hewan ternak ini, memang tidak dibahas pada rapat paripurna DPRD Seruyan tahun 2010 lalu, sehingga terpaksa diusulkan kembali pada tahun 2011 ini,” ungkapnya singkat.
Sebelumnya diinformasikan, sebuah tanggul selebar 3 meter dan berem selebar 2 meter di kawasan Malang 3 Kuala Pembuang I mengalami kerusakan yang sangat parah akibat pemilik ternak hewan Sapi yang berada di tepi tanggul tersebut membiarkan hewannya berkeliaran di sepanjang tanggul.
Akbitanya, masyarakat petani yang setiap hari melewati tanggul itu untuk menuai hasil kebun pun mengeluhkan hal tersebut. Alam ((37), salah seorang petani yang hampir setiap hari melewati tanggul itu mengungkapkan, kerusakan parah di tanggul itu sekitar 200 meter lebih yang tersebar sepanjang tanggul itu.
“Akibatnya, jangankan dengan menggunakan sepeda motor, dengan berjalan kaki pun sangat sulit dilalui. Saya hanya mengharapkan kepada pemerintah agar bisa mengatasi jalan yang rusak ini. Karena saya yang memiliki pekerjaan sebagai pekebun sangat kesulitan membawa hasil penen dengan berjalan kaki,” terang Alam.
Masyarakat lainnya, Dony (34) akan melintasi jalan tersebut untuk mengisi hari luangnya dengan memancing, juga mengeluhkan rusaknya badan jalan tersebut. Apalagi, menurutnya kerusakan itu bukan karena factor alam atau usia, tetapi bisa disebut akibat factor kesengajaan.
“Saya ingin agar pemerintah bersikap tegas dan meminta kejelasan jika jalan itu memang memilik pemerintah yang dipergunakan untuk kepentingan masyarakat umum,” tegasnya.

Tidak ada komentar: